1
Oktober di Indonesia diperingati sebagai hari kesaktian pancasila.
Peringatan Kesaktian Pancasila ini berawal pada sebuah peristiwa tanggal
30 September 1965. Konon ceritanya, ini adalah awal dari Gerakan 30 September
(G30SPKI). Oleh pemerintah Indonesia, pemberontakan ini adalah wujud
usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Pada hari
itu, enam orang Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai
upaya kudeta. Namun konon berkat kesadaran untuk mempertahankan
Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan.
Maka
30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September
dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Jadi,
penulis menyimpulkan bahwa kemunculan peringatan Kesaktian Pancasila
disebabkan oleh gagalnya misi kaum Komunis mengganti dasar negara
Indonesia. Karena kegagalan itulah selanjutnya Pancasila dianggap sakti,
atau justru Pancasila kemudian dibikin sakral dan dianggap sakti.
Pancasila
secara de yure dan de facto memang merupakan dasar negara Republik
Indonesia resmi. Beberapa dokumen penetapannya ialah :
· Rumusan Pertama : Piagam Jakarta – tanggal 22 Juni 1945
· Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar – tanggal 18 Agustus 1945
· Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27 Desember 1949
· Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus 1950
· Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Entah
secara kebetulan atau tidak, ternyata Pancasila merupakan ajaran moral
agama Budha. Dalam sebuah referensi disebutkan bahwa Pancasila merupakan
filosofi negara Indonesia yang istilahnya diambil dari bahasa
Sansakerta yang berarti lima tingkah laku baik. Pancasila sendiri
merupakan ajaran dasar moral agama Budha, dimana ajaran tersebut dianut
oleh pengikut Siddharta Gautama (SUMBER).
Di
Dalam agama Budha, mentaati Pancasila dianggap sebagai sebuah Dharma.
Dharma yaitu suatu jalan kehidupan yang berlandaskan kebenaran dalam
filsafat agama-agama (seperti kebenaran pluralisme).
Dharma Pancasila sendiri berisi ajaran-ajaran:
- untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
- untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (nilai keadilan) guna mencapai samadi.
- untuk tidak melakukan perbuatan asusila (berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga) guna mencapai samadi.
- untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar / berbohong, berdusta, fitnah, omong-kosong (nilai kejujuran) guna mencapai samadi.
- untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan (nilai pembebasan) guna mencapai samadi.
Dalam bahasa Pali, isi Pancasila tersebut disebutkan sebagai berikut:
- PÄnÄtipÄtÄ veramani sikkhapadam samÄdiyÄmi
- AdinnÄdÄnÄ veramani sikkhapadam samÄdiyÄmi
- KÄmesu micchÄcÄra veramani sikkhapadam samÄdiyÄmi
- MusÄvÄda veramani sikkhapadam samÄdiyÄmi
- SurÄ meraya majja pamÄdatthÄnÄ veramani sikkhapadam samÄdiyÄmi
Bahasa PÄli (पाऴि) adalah
sebuah bahasa Indo-Arya dan merupakan sebuah bahasa prakerta atau
prakrit. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar Sang Budha saat
menerangkan ajarannya. Bahasa yang dipakai dalam kitab suci Tipitaka
atau Tripitaka (lih. Wikipedia).
Jadi,
secara umum, penulis dapat menarik suatu benang merah dan simpulan
bahwa terminology Pancasila lebih tepat dikatakan berasal dan berakar
pada ajaran agama Budha bukan pada akar kepribadian bangsa Indonesia
secara umum.
Lantas,
kenapa Pancasila dianggap SAKTI? Apakah Pancasila merupakan sebuah
benda atau wujud atau sesuatu yang dianggap sebagai objek selayaknya
Keris yang dilabeli kata SAKTI menjadi KERIS SAKTI?. Dimanakah letak
sebenarnya Kesaktian Pancasila itu sementara Pancasila sendiri setuju
atau tidak setuju tidak lagi ditaati sebagai sebuah jiwa yang menyatu
pada diri bangsa Indonesia. Dimanakah letak Kesaktia Pancasila itu
sementara Pancasila sendiri memiliki arti dan makna yang berbeda di
setiap rezim yang memimpin negara ini? Lantas, apakah ada perbedaan
kesaktian antara Kesaktian Pancasila dengan istilah KERIS SAKTI, KERA
SAKTI, PUSAKA SAKTI, BIMA SAKTI, atau SAKTI MANDRAGUNA misalnya? Sekedar
info, ternyata terminology kata SAKTI Sakti (kekuatan, kekuasaan atau
energi) adalah sebuah konsep ajaran agama Hindu atau perwujudan dari
aspek kewanitaan Tuhan (Baca: Dewata).
Sementara
itu, lambang burung Garuda yang sering menjadi satu kesatuan frase
dengan kata Pancasila menjadi GARUDA PANCASILA ternyata memiliki dasar
filosofis tersendiri yang oleh beberapa kalangan disebut berasal dari
akar Yahudi.
“Simbol
negara “burung Garuda” juga dapat ditelusuri asal-usulnya sebagai
simbol Yahudi. Pemilihan simbol “burung Garuda” sendiri sebagai lambang
negara adalah sebuah kontroversi karena hanya ditentukan oleh segelintir
orang saja tanpa memperhatikan aspirasi mayoritas rakyat Indonesia.
“Burung Garuda” memang ada dalam mitologi Hindu yang pernah menjadi
agama mayoritas Indonesia di masa lalu, namun pada masa kemerdekaan,
Hindu tidak lagi memiliki pengaruh yang signifikan.” (SUMBER)
“Agama Islam sendiri sebagai agama mayoritas rakyat Indonesia setelah era Hindu juga tidak mengenal simbol “burung Garuda”. “Burung
Garuda” juga tidak pernah benar-benar ada karena hanya sebuah mitos,
berbeda dengan burung elang botak yang merupakan binatang asli Amerika.
Karena bukan simbol asli bangsa Indonesia maka tidak ada lain simbol
“burung Garuda” mengadopsi simbol-simbol kebudayaan asing yang memang
memuja-muja simbol “burung mirip Garuda”, yaitu Yahudi yang gerakan
Fremasonry-nya sangat berpengaruh sampai saat ini.” (SUMBER)
Pengaruh
Yahudi di Indonesia itu dimulai pada abad 18 melalui gerakan
perkumpulan rahasia Vritmetselarij atau Freemasonry yang berkembang di
kalangan elit Indonesia baik di kalangan orang-orang Belanda maupun
pribumi: pejabat, bangsawan, pengusaha, ilmuwan, seniman/sastrawan dan
kalangan intektual lainnya. Gerakan tersebut selanjutnya berkembang
menjadi beberapa cabang seperti Himpunan Theosofi, Moral Rearmemant
Movement (MRM) dan Ancient Mystical Organization of Ancient Mystical
Organization of Sucen Cruiser (Amorc) dan sebagainya.
Orang-orang
yang merancang simbol “burung Garuda” sebagai simbol negara adalah
Sultan Hamid II, Ki Hajar Dewantoro dan Muhammad Yamin. Ketiganya adalah
pengikut gerakan Vrijmeselarij dan Theosofi. Sedangkan Presiden
Soekarno yang menetapkan simbol “burung Garuda” sebagai lambang negara
juga berada dalam pengaruh Fremasonry melalui ayahnya yang merupakan
anggota Perhimpunan Theosofi Surabaya.
Untuk
menguak korelasi simbologi antara Simbol-Simbol Negara RI dengan Yahudi
dan Zionisme silakan banyak membaca buku-buku karangan Herry Nurdi
(Jejak Freemason & Zionis Di Indonesia, Penerbit Cakrawala); Ridwan
Saidi (Fakta dan Data Yahudi di Indonesia), dan Muh Thalib & Irfan S
Awwas (Doktrin Zionisme dan Ideologi Pancasila, Penerbit Wihdah Press).
Kesimpulannya,
pernyataan mengenai Pancasila dan segenap Lambangnya digali dari
prinsip-prinsip luhur bangsa Indonesia ternyata tidak seperti yang
diungkapkan dalam buku-buku formal di Toko Buku dan Perpustakaan atau
yang pernah diajarkkan guru-guru PMP, P4, dan PPKn di bangku sekolah.
Justru banyak budaya-budaya asing dan filosofis agama tertentu yang
menjiwainya. Bahkan unsur Yahudi yang merupakan agama yang tidak diakui
justru banyak memainkan peran pentingnya.
Tag :
Softskill
0 comments to "Kesaktian Pancasila"
Please comment fit the theme , use words that are wise in commenting (no ads , no porn , no spam ) . Comments that include an active link , advertising , or entrusted link , will be incorporated into the SPAM folder . Thanks.